Di Lombok Barat, sudah ada 6 positif Corona dan 2 nya meninggal dunia. Pertanggal 13 April 2020 dab Diperkirakan akan terus bertambah jumlahnya. Dari sini, ahli kesehatan menyepakati bahwa wabah ini benar-benar sangat membahayakan.
Penyebaran virus ini akan semakin cepat jika penderita covid 19 atau pengidap (pembawa virus) ada di tengah kerumunan orang banyak, seperti dalam shalat Jamaah dan Jumโat. Biasanya, orang yang tertular dan menderita covid 19 akan semakin bertambah.
Jawaban dalam Pertanyaan Bapak Mantan Pjs. Kepala Desa Persiapan Eyat Mayang Sdr.Moh. Syukri
Bapak TGH menjawab "Jabir bin Abdillah Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
ู ููู ุฃููููู ุซููู ูุง ุฃููู ุจูุตูููุง ููููููุนูุชูุฒูููููุง ุฃููู ููููุนูุชูุฒููู ู ูุณูุฌูุฏูููุง ููููููููุนูุฏู ููู ุจูููุชููู
"Barangsiapa makan bawang putih atau bawang merah, maka hendaklah ia menjauhi kami atau menjauhi masjid kami; dan silahkan dia berada di rumahnya saja." (HR. Al-Bukhari)
Rasulullah shallallahu โalaihi wasallam bersabda: firra minal majdzรปmi firaraka minal asad. โHendaklah kamu lariโโmaksudnya menghindarโโdari orang yang terjangkit penyakit kusta, sama halnya kamu harus lari dari singaโ. Dekat-dekat dengan orang yang mengidap penyakit kusta, sama dengan orang yang dekat dengan singa. Artinya dalam kondisi bahaya. Ini kan harus mawas diri namanya. Ini artinya bahwa ajaran tawakal dan ajaran waspada harus berjalan seiring. Dalam waktu yang sama kita tawakal, dan dalam waktu yang sama pula kita harus mawas diri dan harus waspada. Artinya tidak ada pertentangan antara ajaran tawakal dan ajaran waspada dan mawas diri. Harus sama-sama dilakukan. Ada dua hadits yang sekilas terlihat bertentangan: โfirra minal majdzรปmi firaraka minal asadโ dan โlaa โadwa walaa tiyarataโ. Bagaimana menurut kiai? Memang ada hadits yang secara dhahir bertentangan. Satu hadits mengatakan seperti yang saya sampaikan tadi itu: โfirra minal majdzรปmi firaraka minal asadโ. Hendaklah kamu menghindar dari orang yang terjangkit penyakit kusta, sebagaimana kamu harus menghindar daripada singa. Hadits yang satu mengatakan: โlรข โadwa walรข tiyrataโ. Hadits ini mengatakan bahwa yang namanya menular itu tidak ada. Sementara hadits pertama kan mengesankan penularan itu ada. Hadits yang kedua tegas mengatakan lรข โadwa, yakni penularan tidak ada. Kan bertentangan, itu. Ini yang dalam ilmu hadits disebut dengan ilmu mukhtalifil hadits. Yang pertama-tama membuat istilah ini dan konsepnya sekalian adalah Imam Syafiโi radliyallahu โanh. Yaitu ada dua hadits yang tampaknya bertentangan. Menghadapi hal yang seperti ini, pertama-tama yang harus dilakukan adalah melakukan al-jamโu, melakukan kompromi. Hal yang seperti ini mengajarkan kepada kita bahwa tak mungkin kita memahami satu hadits, tanpa dikaitkan dengan hadits yang lain. Kita tidak akan memahami hadits โfirra minal majdzรปmi..,โ kalau tanpa dikaitkan dengan hadits โlaa โadwaโฆโ. Sebaliknya, kita tidak akan memahami apa arti daripada โlaa โadwaโฆโ kalau tanpa dikaitkan dengan โfirra minal majdzรปmi..โ. Ini artinya bahwa, penularan itu tidak ada dengan tabiatnya sendiri. Tidak ada sesuatu yang menular dengan tabiatnya sendiri. Sebaliknya: penularan itu ada dengan kehendak Allah SWT. Kehendak Allah SWT terkait dengan penularan ini akan terjadi jika dikaitkan dengan salah satu sebab. Salah satu sebab yang menyebabkan penularan adalah โmukhalathathus shahiihi lil mariidli,โ yakni berkumpulnya orang sehat dengan orang yang sakit. Berkumpulnya orang sehat dengan orang yang terjangkit penyakit kusta. Jadi kalau dua hadits ini dimaknai, bahwa pada hakikatnya penularan itu tidak ada, terkecuali kalau dikehendaki oleh Allah SWT, melalui sebab-sebab yang Allah SWT sendiri ciptakan.
Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/118231/penjelasan-soal-larangan-shalat-jumat-dan-berjamaah-saat-wabah-covid-19
0 Post a Comment:
Posting Komentar